Global Healthwire – Induksi laktasi adalah proses yang memungkinkan seorang wanita untuk memproduksi ASI meskipun tidak melalui kehamilan dan persalinan. Proses ini sering menjadi pilihan bagi ibu yang mengadopsi bayi, seperti yang dilakukan Zaskia Sungkar, seorang selebritas Indonesia yang menjalani induksi laktasi untuk memberikan ASI kepada bayi adopsinya.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, ASI merupakan makanan paling ideal untuk bayi karena nilai gizinya lebih tinggi dibandingkan makanan bayi buatan, baik yang berasal dari susu hewan maupun bahan tumbuhan. ASI juga berperan penting dalam membentuk mikrobioma usus bayi dan mendukung kekebalan tubuh mereka.
Dikutip dari Mayo Clinic, laktasi alami dipicu oleh interaksi antara hormon estrogen, progesteron, dan laktogen plasenta yang terjadi selama kehamilan. Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron menurun, sedangkan prolaktin meningkat, yang memicu produksi ASI.
Induksi laktasi meniru proses ini tanpa kehamilan. Langkah pertama biasanya melibatkan pemberian terapi hormon, seperti estrogen dan progesteron, untuk menyiapkan jaringan payudara. Setelah beberapa bulan terapi hormon, dokter akan menghentikan pemberian hormon tersebut dan memulai rangsangan fisik menggunakan pompa ASI elektrik.
Pada tahap awal, pompa digunakan selama lima menit tiga kali sehari. Durasi ini kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai 15-20 menit setiap dua hingga tiga jam, termasuk di malam hari. Rutinitas ini berfungsi untuk merangsang produksi prolaktin dan menciptakan suplai ASI.
“Baca juga: Menghilangkan Keloid Pasca Caesar: Panduan Lengkap”
Merujuk pada Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), keberhasilan induksi laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari sisi bayi maupun ibu.
Keberhasilan induksi laktasi sangat bergantung pada respons bayi. Bayi yang segera menyusu ketika didekatkan ke payudara memiliki peluang keberhasilan lebih tinggi. Pada awalnya, bayi mungkin memerlukan bantuan untuk melekat dengan benar.
Bayi baru lahir hingga usia delapan minggu lebih mudah diajak melakukan proses ini. Namun, induksi laktasi tetap memungkinkan untuk bayi yang berusia lebih dari 12 bulan, meskipun membutuhkan usaha ekstra.
Bayi yang terbiasa menggunakan botol susu dapat menghadapi tantangan lebih besar saat diajarkan untuk menyusu langsung. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi susu menggunakan cangkir selama fase transisi cenderung lebih mudah menyusu daripada yang menggunakan botol.
Bayi yang sudah mulai mengonsumsi makanan pendamping akan lebih sulit menerima ASI secara eksklusif. Oleh karena itu, makanan pendamping sebaiknya diberikan hanya setelah bayi berusia enam bulan, kecuali jika terdapat indikasi khusus.
“Simak juga: Apa Itu Penyakit Aphantasia? Fenomena Otak yang Tidak Biasa”
Motivasi tinggi dari ibu sangat memengaruhi keberhasilan program ini. Pengetahuan tentang pentingnya ASI, terutama pada masa dua tahun pertama kehidupan anak, dapat meningkatkan dedikasi ibu dalam menjalani induksi laktasi.
Kondisi payudara juga memainkan peran penting. Adanya infeksi, luka, atau puting yang terbenam dapat menjadi hambatan dalam proses ini. Namun, dengan dukungan medis, tantangan ini dapat diatasi.
Induksi laktasi membutuhkan kesabaran, komitmen, dan bimbingan medis. Terapi hormon yang dilakukan sebelum memulai proses ini dapat memakan waktu hingga beberapa bulan. Selain itu, jadwal pemompaan ASI yang ketat dan berulang juga menjadi tantangan tersendiri.
Meski begitu, banyak ibu yang berhasil melewati proses ini dengan dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan. Beberapa ibu bahkan berhasil membangun suplai ASI yang mencukupi kebutuhan bayi mereka, meskipun tidak semua wanita dapat mencapai tingkat produksi ASI yang diinginkan.
Jika Anda mempertimbangkan induksi laktasi sebagai solusi, konsultasikan keinginan ini dengan penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan panduan yang tepat.