Global Healthwire – Kasus influenza meningkat secara signifikan di awal tahun 2025, dengan laporan lonjakan infeksi virus pernapasan yang tersebar di berbagai negara. China, Eropa, Amerika Tengah, Karibia, Afrika Barat, dan Asia menjadi beberapa wilayah yang terdampak, memicu kekhawatiran global. Kenaikan kasus ini mengingatkan banyak orang pada pandemi Covid-19 yang terjadi lima tahun lalu. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) memberikan penjelasan mengenai penyebab meningkatnya kasus influenza dan patogen lainnya yang turut berperan dalam fenomena ini.
Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K), M.Pd.Ked, seorang dokter spesialis paru dari PDPI, menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kasus infeksi pernapasan ini sebagian besar disebabkan oleh adanya tindakan surveillance yang dilakukan terhadap pasien dengan gejala respirasi akut. Surveillance merupakan upaya sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data atau informasi terkait aktivitas dan kondisi kesehatan masyarakat. Melalui sistem ini, para ahli menemukan bahwa lonjakan infeksi disebabkan oleh beberapa virus musiman yang sedang beredar.
“Surveilans menemukan bahwa peningkatan kasus ini disebabkan oleh beberapa patogen virus musiman, seperti virus Influenza, Human Metapneumovirus (HMPV), Rhinovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), dan juga Mycoplasma pneumonia,” kata Fathiyah dalam konferensi pers yang diadakan oleh PDPI pada Minggu (12/1/2025).
“Baca juga: Dokter Paru Bagikan Tips Mencegah Infeksi HMPV”
Di antara virus-virus yang ditemukan dalam surveilans tersebut, Fathiyah menyebutkan bahwa virus Influenza adalah yang paling dominan. Ini terkhususnya di China saat ini. Virus ini sebagian besar adalah jenis yang memiliki patogenitas rendah. Dalam hal ini seperti Influenza A (H1N1 dan H3N2) dan Influenza B. Dimana semuanya itu merupakan virus influenza musiman yang biasa beredar setiap tahun.
“Virus Influenza yang saat ini beredar sebagian besar adalah jenis yang low pathogenic seperti virus influenza musiman, yaitu influenza A (H1N1, H3N2) dan juga influenza B,” ungkap Fathiyah.
Meskipun sebagian besar kasus melibatkan virus influenza musiman, Fathiyah juga menekankan bahwa ada kemungkinan beberapa kasus terinfeksi oleh virus influenza zoonosis. Seperti flu burung (H5N1). Walaupun flu burung ini dapat menimbulkan kekhawatiran, Fathiyah mengungkapkan bahwa hingga saat ini, flu burung masih tergolong sebagai risiko rendah untuk menjadi pandemi. Virus ini tidak mudah menular antar manusia, yang mengurangi kemungkinan penyebarannya secara luas.
“Simak juga: Kisah Nyata Pasien HMPV: Tantangan dan Harapan”
Selain virus influenza, tren penularan virus lainnya seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan Human Metapneumovirus (HMPV) juga terlihat meningkat. Virus HMPV, yang beredar terutama di musim dingin, menunjukkan lonjakan kasus signifikan, terutama di China Utara. Vitus ini adalah virus yang sudah ada sejak tahun 2001 dan memiliki pola sirkulasi musiman serupa dengan influenza dan RSV.
“HMPV sebenarnya sudah bersirkulasi di dunia sejak 2001, dan tidak menutup kemungkinan juga telah beredar lama di Indonesia dan belahan dunia lainnya,” jelas Fathiyah. HMPV biasanya menyebabkan gejala ringan pada sebagian besar pasien. Virus ini juga dapat menyebabkan infeksi serius. Terutama pada anak-anak di bawah lima tahun, orang tua di atas 65 tahun, serta pasien dengan sistem imun yang lemah atau penyakit penyerta kronik.
HMPV sering dianggap sebagai penyakit musiman dengan tingkat kematian rendah. Nemun Fathiyah memperingatkan bahwa virus ini bisa menimbulkan kondisi yang lebih berat pada kelompok rentan. Seperti bronkitis atau pneumonia yang bisa menyebabkan kegagalan napas.
Meskipun ada peningkatan jumlah kasus infeksi pernapasan, pihak berwenang di China memastikan bahwa situasi tersebut masih terkendali. Fasilitas kesehatan di negara tersebut dilaporkan tidak kewalahan dalam menangani lonjakan kasus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa kondisi ini tidak memerlukan respons darurat atau pembatasan perjalanan.
“WHO dalam komunikasi dengan otoritas kesehatan di China menyatakan fasilitas kesehatan di China tidak kewalahan dalam menangani peningkatan kasus penyakit pernapasan. Kondisi dapat dikatakan masih terkendali dan tidak ada deklarasi atau respons darurat yang diperlukan,” ujar Fathiyah.
Meskipun demikian, WHO tetap memantau perkembangan ini secara global dan menyarankan untuk tetap melaksanakan surveillance berkelanjutan. Mereka juga memberi informasi terkini tentang penyakit infeksi pernapasan yang harus diwaspadai masyarakat internasional.