Global Health Wire – Perawatan gigi berbasis bioteknologi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang kesehatan, termasuk kedokteran gigi. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan efektivitas pengobatan, tetapi juga memungkinkan pencegahan serta regenerasi jaringan gigi yang rusak. Dengan kemajuan bioteknologi, perawatan gigi menjadi lebih efisien, minim rasa sakit, dan berkelanjutan.
Salah satu terobosan terbesar dalam bidang kedokteran gigi adalah penggunaan sel punca untuk regenerasi jaringan gigi. Para ilmuwan telah menemukan cara untuk menumbuhkan kembali dentin (lapisan utama gigi) dengan memanfaatkan sel punca yang diisolasi dari pulpa gigi. Dengan metode ini, kerusakan gigi akibat karies atau trauma bisa diperbaiki secara alami tanpa memerlukan tambalan atau perawatan saluran akar yang invasif.
“Baca Juga: Mahasiswa USU Menggelar Demo Bertajuk Indonesia Gelap”
Bioteknologi juga digunakan untuk mencegah pembentukan plak dan karies gigi dengan mengembangkan enzim serta peptida antibakteri. Enzim ini dapat memecah biofilm bakteri yang menyebabkan gigi berlubang, sementara peptida antibakteri mampu membunuh bakteri berbahaya tanpa mengganggu mikrobiota alami di dalam mulut.
Probiotik tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan pencernaan, tetapi juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan bakteri di dalam mulut dan mencegah infeksi. Produk perawatan gigi berbasis probiotik telah dikembangkan untuk mengurangi populasi bakteri penyebab karies dan penyakit gusi. Selain itu, dapat meningkatkan kesehatan gigi secara alami dengan mendukung mikrobioma oral yang lebih sehat dan seimbang.
Gigi tiruan konvensional sering kali memiliki keterbatasan dalam hal kenyamanan dan daya tahan. Namun, dengan bantuan bioengineering, para peneliti telah mengembangkan material biomimetik yang menyerupai struktur alami gigi. Material ini lebih kuat, lebih nyaman, dan lebih tahan lama dibandingkan dengan bahan konvensional.
Tes genetik berbasis DNA memungkinkan dokter gigi untuk mendeteksi risiko penyakit gigi dan gusi secara lebih akurat dan cepat. Dengan memahami predisposisi genetik seseorang terhadap penyakit gigi serta faktor lingkungan yang berkontribusi, dokter dapat merancang strategi pencegahan yang lebih personal, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien.
“Simak Juga: Bahaya Body Shaming dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental”