Global Health Wire – Radioterapi adalah salah satu metode pengobatan yang menggunakan radiasi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Salah satu jenis radioterapi yang sering diterapkan adalah pada daerah kepala dan leher. Penyakit kanker yang menyerang area ini, seperti kanker laring, nasofaring, atau kelenjar getah bening, seringkali memerlukan terapi radiasi untuk mengurangi ukuran tumor atau mencegah penyebaran lebih lanjut. Namun, seperti halnya terapi medis lainnya, radioterapi pada kepala dan leher memiliki berbagai efek samping yang perlu dipahami oleh pasien dan keluarga.
Radioterapi pada daerah kepala dan leher adalah pengobatan yang menggunakan sinar radiasi untuk menghancurkan sel kanker yang berada di area seperti tenggorokan, mulut, hidung, leher, atau kelenjar getah bening. Prosedur ini dapat dilakukan dengan teknik eksternal (radioterapi dari luar tubuh) atau internal (radioterapi melalui aplikasi langsung ke tubuh, seperti brachytherapy).
“Baca Juga: Pneumonia, Infeksi Paru yang Perlu Diwaspadai”
Tujuan utama dari radioterapi pada kepala dan leher adalah untuk mengobati kanker, mengurangi gejala, atau sebagai tambahan setelah operasi untuk membunuh sisa sel kanker yang mungkin tertinggal.
Meskipun radioterapi pada area kepala dan leher dapat efektif dalam mengobati kanker, prosedur ini juga dapat menyebabkan sejumlah efek samping yang mengganggu kenyamanan pasien. Beberapa efek samping yang umum terjadi antara lain:
Radioterapi dapat menyebabkan radang atau iritasi pada tenggorokan, yang mengarah pada rasa sakit atau kesulitan menelan. Beberapa pasien juga mengalami mual akibat iritasi yang terjadi pada area tersebut.
Kelenjar ludah yang terpapar radiasi dapat mengalami penurunan fungsi, sehingga menyebabkan mulut menjadi kering. Hal ini tidak hanya membuat pasien merasa tidak nyaman, tetapi juga meningkatkan risiko infeksi dan kerusakan gigi.
Kulit yang terpapar radiasi dapat berubah warna, menjadi kemerahan atau mengelupas. Dalam beberapa kasus, rambut di sekitar area yang diterapi dapat rontok, meskipun umumnya akan tumbuh kembali setelah beberapa bulan.
Radiasi pada area leher juga dapat mempengaruhi saluran pencernaan, menyebabkan gangguan seperti mual, muntah, atau kesulitan makan. Ini bisa berlanjut selama dan setelah pengobatan, meskipun gejalanya umumnya berkurang seiring waktu.
Kelelahan yang parah sering dilaporkan oleh pasien yang menjalani radioterapi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh tubuh yang bekerja keras untuk mengatasi radiasi yang diterima.
Radiasi pada area kepala dan leher dapat menyebabkan perubahan suara, seperti suara serak atau hilangnya suara sementara. Dalam beberapa kasus, pasien juga melaporkan gangguan pendengaran akibat radiasi yang memengaruhi telinga atau saluran auditori.
Meskipun radioterapi dapat menyebabkan berbagai efek samping, banyak dari efek samping tersebut dapat dikelola dengan perawatan yang tepat. Penting bagi pasien untuk berkomunikasi dengan tim medis untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Misalnya, penggunaan pelembap mulut, pengaturan pola makan, serta pemberian obat-obatan untuk meringankan rasa sakit atau mual dapat membantu pasien menjalani proses pengobatan dengan lebih baik.
“Simak Juga: Pola Puasa yang Tepat untuk Pengidap Diabetes”