Global Health

Sindrom Tourette: Pahami Gejala, Penyebab, dan Pengelolaannya

Global Health Wire – Sindrom Tourette (ST) adalah kondisi neurologis ditandai dengan tics motorik dan vokal berulang yang muncul tiba-tiba dan tidak terkendali. Meskipun kondisi ini sering kali dihubungkan dengan perilaku yang tidak dapat dikendalikan, penting untuk memahami bahwa sindrom Tourette bukanlah perilaku yang disengaja.

Gejala Sindrom Tourette

Gejala utama dari sindrom Tourette adalah tics motorik dan vokal. Tics motorik mencakup gerakan tubuh yang tiba-tiba dan berulang, seperti kedutan mata, mengangkat bahu, atau gerakan kepala yang tidak terkendali. Sementara itu, tics vokal melibatkan suara atau kata-kata yang tidak dapat dikendalikan, seperti suara “ah”, batuk, atau bahkan kata-kata yang tidak pantas.

“Baca Juga: 7 Tanda Stres yang Dapat Terlihat Melalui Kulit”

Gejala tics ini biasanya muncul pada usia dini, antara 5 hingga 10 tahun, dan bisa bervariasi dalam intensitasnya. Pada sebagian besar kasus, tics cenderung memburuk pada masa remaja dan kemudian mereda pada usia dewasa. Meskipun tics tidak selalu mengganggu fungsi sosial atau pekerjaan, mereka dapat menyebabkan stres dan ketidaknyamanan bagi penderita. Hal ini terutama jika ticsnya sangat mencolok.

Penyebab Sindrom Tourette

Penyebab pasti sindrom Tourette belum sepenuhnya dipahami, namun para ahli percaya bahwa faktor genetik dan neurologis memainkan peran penting. Sindrom ini cenderung lebih sering ditemukan pada individu yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan serupa. Selain itu, ketidakseimbangan neurotransmitter, seperti dopamin, di otak juga diduga berkontribusi pada munculnya tics.

Meskipun faktor genetik memegang peranan utama, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa faktor lingkungan, seperti infeksi virus atau trauma emosional, dapat memperburuk gejala pada individu yang sudah rentan terhadap sindrom ini.

Pengelolaan Sindrom Tourette

Meskipun sindrom Tourette tidak dapat disembuhkan, gejalanya dapat dikelola dengan berbagai pendekatan. Salah satu cara yang paling umum adalah melalui terapi perilaku, seperti habit reversal training (HRT), yang membantu individu mengenali dan mengubah pola tics. Terapi ini melibatkan penggantian tics dengan gerakan atau perilaku lain yang lebih dapat diterima.

Selain itu, dalam beberapa kasus, pengobatan seperti obat-obatan yang memengaruhi sistem saraf pusat dapat digunakan untuk mengurangi tics. Meskipun tidak semua penderita memerlukan pengobatan. Pengobatan ini sering kali diberikan jika tics mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan masalah emosional yang signifikan.

Dukungan psikologis dan konseling juga sangat penting untuk membantu penderita mengatasi stigma atau kecemasan sosial yang mungkin timbul akibat kondisi ini. Beberapa penderita mungkin merasa malu atau cemas dengan tics mereka. Oleh sebab itu, dukungan dari keluarga serta teman-teman dapat memainkan peran besar dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.

“Simak Juga: DeepSeek AI China, Ancaman Baru bagi Teknologi AS”