Global Health

Waspada! Kasus DBD di Bali Mencapai 14 Ribu, 16 Orang Meninggal

Global Healthwire – Kasus DBD di Bali telah mencapai angka yang mengkhawatirkan, dengan total 14.881 kasus hingga November 2024. Dari jumlah tersebut, 16 orang dilaporkan meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD). Meskipun kasus DBD mengalami penurunan pada beberapa bulan terakhir, angka kejadian yang tinggi pada awal tahun menunjukkan bahwa wabah DBD di Bali masih menjadi ancaman serius. Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali telah merespons situasi ini dengan sejumlah langkah pencegahan yang diharapkan dapat menekan penyebaran penyakit tersebut. Terutama mengingat Bali saat ini memasuki musim hujan yang mendukung perkembangan nyamuk pembawa virus dengue.

Penyebaran Kasus DBD di Bali: Lonjakan dan Penurunan

Menurut data yang dihimpun oleh Dinkes Bali, Mei 2024 mencatatkan lonjakan kasus DBD yang signifikan, dengan 3.339 kasus dilaporkan dan enam di antaranya berujung pada kematian. Peningkatan tajam ini menciptakan kekhawatiran, mengingat pada bulan-bulan sebelumnya, Maret dan April, jumlah kasus hanya berkisar antara 1.600 hingga 2.600. Namun, setelah puncak tersebut, kasus DBD di Bali mulai menurun secara bertahap, dengan 2.177 kasus tercatat pada Juni dan penurunan lebih lanjut pada bulan-bulan berikutnya. Pada bulan November 2024, tercatat hanya 505 kasus DBD.

Walaupun jumlah kasus menurun pada bulan-bulan terakhir, Dinkes Bali tetap waspada karena musim hujan yang dapat memperburuk penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Hal inilah yang menjadi vektor utama penyebaran virus dengue. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian terus digalakkan untuk meminimalisir dampak lebih lanjut dari wabah DBD.

“Baca juga: Kenapa Australia Menganjurkan Warganya Menghindari Bali? Temukan Alasannya”

Langkah Pencegahan yang Diterapkan Dinkes Bali

Kepala Dinkes Bali, I Gede Anom, menginstruksikan kepada seluruh dinkes kabupaten/kota untuk memperkuat upaya pencegahan penyebaran DBD. Salah satu langkah utama yang ditekankan adalah penggerakan masyarakat untuk aktif dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan menerapkan metode 3M Plus. Metode ini meliputi tiga kegiatan utama: menguras, menutup, dan mendaur ulang barang-barang yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. Program 3M Plus ini menjadi upaya yang sangat penting, mengingat lingkungan yang bersih dan bebas tempat berkembang biak bagi nyamuk dapat mengurangi risiko penyebaran DBD.

Selain itu, Dinkes Bali juga mengimbau masyarakat untuk mengoptimalkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J). Program ini melibatkan penunjukan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap rumah untuk memastikan tidak ada jentik nyamuk yang berkembang biak di lingkungan rumah. Dengan partisipasi aktif dari masyarakat dalam program-program ini, diharapkan jumlah kasus DBD dapat ditekan secara signifikan.

“Simak juga: Maksimalkan Hobi Olahraga dengan 7 Wearable Terbaik yang Wajib Kamu Miliki”

Penyuluhan dan Respons Cepat terhadap Kasus DBD

Selain langkah pencegahan, Dinkes Bali juga terus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kewaspadaan terhadap DBD. Kepala Dinkes Bali, I Gede Anom, menjelaskan bahwa penyuluhan terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai tanda-tanda bahaya dengue. Penyuluhan ini berfokus pada pengenalan gejala-gejala awal DBD, sehingga masyarakat dapat segera mencari pengobatan medis sebelum kondisi pasien memburuk. Salah satu tujuan dari penyuluhan ini adalah agar tidak terjadi keterlambatan dalam merujuk pasien ke fasilitas kesehatan.

Anom juga menekankan pentingnya respons cepat terhadap laporan kasus DBD. Setiap fasilitas kesehatan yang merawat pasien DBD diwajibkan untuk melaporkan kasus tersebut dalam waktu tiga jam setelah penanganan. Laporan ini akan memicu tindakan penyelidikan epidemiologi dalam 1×24 jam untuk mengidentifikasi penyebab dan pola penyebaran penyakit tersebut. Hal ini bertujuan untuk memetakan potensi penyebaran DBD dan mengantisipasi penyebaran lebih lanjut.

Dukungan dari Pemerintah dan Peringatan bagi Wisatawan

Pemerintah Bali juga berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk memitigasi penyebaran DBD di pulau tersebut. Selain upaya pencegahan, Anom mengingatkan pentingnya dukungan dari masyarakat dalam melaksanakan pengendalian penyebaran DBD di lingkungan masing-masing.

Di sisi lain, pemerintah Australia mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk mempertimbangkan kembali rencana liburan ke Bali karena banyak wisatawan asal Australia yang dilaporkan menderita DBD setelah kembali dari liburan di Pulau Dewata. Kondisi ini menyebabkan peningkatan jumlah kasus DBD di Australia, dan menjadi perhatian serius bagi pihak berwenang di Bali.

Dengan meningkatnya kasus DBD, khususnya di Bali, masyarakat diminta untuk lebih waspada, terutama dalam menjaga kebersihan lingkungan dan berpartisipasi dalam program-program pencegahan. Keberhasilan dalam mengendalikan penyebaran DBD sangat bergantung pada peran serta aktif dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun wisatawan yang berkunjung ke Bali.